"Ngomongin Patriarki: Emang Salah atau Cuma Salah Paham?"
“Haii Sahabatt,...hihiihii Topik kalii inii Agak bedaa yaa, tapi sebelum kamu buru-buru bilang ‘patriarki itu salah total’ atau malah ‘ini cuma tradisi aja, biasa aja’, yuk kita pelan-pelan ngobrol. Topik ini agak sensitif, tapi menarik banget buat dibahas dari dua sisi. Siapa tahu, setelah ini kamu jadi mikir ulang—atau malah makin yakin sama pendirianmu. Yuk, kita bahas bareng.”
Pandangan 1: Patriarki Itu Masalah Serius
Coba lihat deh, sampai sekarang masih banyak perempuan yang harus kerja ekstra keras cuma buat dapat pengakuan yang sama kayak laki-laki. Di kantor, ide perempuan bisa aja dicuekin… tapi pas laki-laki ngomong hal yang sama, langsung dianggap jenius.
Patriarki itu bukan sekadar laki-laki berkuasa. Ini soal sistem yang bikin perempuan harus selalu "ngalah", seakan-akan lahir dengan label "nomor dua". Padahal kapasitas dan potensi nggak ada hubungannya sama jenis kelamin.
Contoh ekstremnya bisa kita lihat di zaman Nabi Muhammad ﷺ. Dulu, di masyarakat Arab pra-Islam, ada kebiasaan yang bikin merinding: bayi perempuan dikubur hidup-hidup karena dianggap aib. Serius, ini bukan dongeng yaa sahabatt.
Terus Allah langsung turun tangan dengan wahyu:
“Dan apabila bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh?”
(QS. At-Takwir: 8–9)
Bayangin situasinya...
“Ya Rasulullah,” kata salah satu sahabat perempuan, matanya berkaca-kaca. “Aku pernah membunuh anak perempuanku waktu Jahiliyah dulu…”
Nabi terdiam. Matanya menunduk. Lalu dengan suara pelan tapi tegas, beliau berkata, “Islam telah menghapus dosa masa lalu. Tapi jangan pernah lagi manusia diperlakukan seperti itu.”
Dari situ kelihatan banget, Nabi menentang keras sistem yang merendahkan perempuan. Artinya, kritik terhadap patriarki itu bukan hal baru. Bahkan sejak 1400 tahun lalu, udah ada yang berdiri melawan.
Pandangan 2: Patriarki Itu Produk Budaya, Bukan Musuh
Hehehe...Tapi tunggu dulu yaa sahabatt... Nggak semua bentuk patriarki harus langsung disikat habiss. Ada juga sisi lain yang layak dilihat sebagai bagian dari sejarah dan konteks budaya.
Nah duluu yaa Di masa lampauuu, struktur masyarakat itu dibentuk berdasarkan kondisi yang sangat berbeda. Laki-laki dominan karena mereka yang turun ke medan perang, berburu, berdagang jauh-jauh—sementara perempuan sering kali jadi penjaga rumah, anak, dan keluarga. Bukan karena dianggap lemah, tapi karena pembagian peran itu dianggap paling masuk akal pada zaman itu.
Aku kasii Contohnyaa yaa? kita bisaa Lihat aja kisah dari Khawlah binti Tha’labah. Dia perempuan biasa, tapi berani banget datang ke Nabi Muhammad ﷺ buat protes soal perlakuan suaminya. Suaminya main zihar—semacam talak kasar yang nyakitin secara mental.
“Ya Rasulullah, suamiku menyamakanku dengan ibunya! Apakah aku bukan istrinya lagi?”
Nabi diam sejenak, lalu turun wahyu:
"Sungguh, Allah telah mendengar perkataan perempuan yang mengajukan gugatan terhadap suaminya dan mengadukannya kepada Allah..." (QS. Al-Mujadilah: 1)
Keren kan sahabatt ??? hihiii... Di zaman yang super patriarkis pun, perempuan bisa bersuara dan dibela langsung oleh wahyu. Ini nunjukin bahwa sistem yang ada bisa dilawan dan diubah, tanpa harus menghancurkan semuanya. Kadang, yang dibutuhin bukan revolusi total, tapi transformasi yang adil.
Kesimpulan: Jadi Laki-laki Bukan Berarti Harus Mendominasi
Oke Sahabatt, sebagai laki-laki yang berusaha hidup sesuai syariat, aku percaya bahwa Islam nggak pernah ngajarin kita buat merendahkan perempuan.. Justru sebaliknyaaa — Islam mengangkat derajat perempuan di masa ketika mereka nggak punya suara sama sekaliii.
Nabi Muhammad ﷺ sendiri adalah teladan terbaik. Beliau mendengarkan perempuan, menghargai mereka, bahkan menjadikan mereka bagian penting dari perjuangan dakwah. Beliau nggak merasa kehilangan "kejantanan" saat memberi ruang, justru itu yang bikin beliau mulia.
Buatku pribadi, jadi laki-laki itu bukan soal dominasi. Tapi soal tanggung jawab. Jadi pelindung tanpa jadi penindas. Jadi pemimpin tanpa merasa paling benar. Dan jadi pasangan hidup, teman diskusi, atau saudara seiman yang nganggep perempuan sebagai manusia seutuhnya — bukan bayangan di belakang, tapi sosok yang berdiri sejajar.
Patriarki mungkin udah jadi bagian dari sejarah. Tapi bukan berarti kita harus nerusin semua jejaknya tanpa mikir. Kalau ada sistem yang bikin orang lain merasa lebih kecil, bukankah kita seharusnya yang pertama buat berdiri dan bilang: “Ini harus dibenerin”?
Karena, adil itu bukan soal siapa yang di depan — tapi soal siapa yang sama-sama diberi tempat.
Jadi inii Menurutku yaa sebagai seorang laki-lakii, apaa patriarki itu masalah?? Bisa iyaaa. Tapi apakah semua bentuk dominasi laki-laki harus dianggap musuh?? Nggak selalu jugaa.
Yang penting yaa, kita sadar dan kritiss. Kita harus bisa bedain tuh mana warisan budaya yang bisa dikoreksiii, dan mana yang cuma jadi alasan buat mempertahankan ketimpangannn.
So Sahabatt, yuk sama-sama buka ruang diskusi yang sehat. Karena keadilan gender bukan soal siapa lebih unggulll, tapi soal siapa yang diberi kesempatan yang sama buat berkembanggg.
Mungkinn Diskusii kitaa ini bisa Menjawab pertanyaan kalian (Kaum Hawa) tentang apa semua kaum Adam itu Patriarki??
Dan yaa bisa kalian Simpulkan sendirii yaa hehehee
Jangan Lupaa Komen yaa Sahabatt...
Seeyouu NextTimee!!!...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar